Sekilas Pendidikan Desa Sakawayana

Tersebutlah sakawayana, suatu unit kecil dalam pedesaan. Namun unit kecil inilah yang menyusun Indonesia menjadi sebuah negara yang begini luas dan besar, desa sakawayana bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia.

Saya melihat sakawayana sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan aseli seperti, tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian, kehidupan moral susiala, dan lain-lain.

Kesetiaan masyarakat sakawayana terhadap agama yang diwarisi turun temurun dari nenek moyangnya, ibadahnya bukan tentang ingin menjadi manusia yang dihormati ataupun dermawan. Sungguh sebuah pandangan tentang gambaran mengenai kenyataan apa adanya, konsep mengenai alam, diri, dan masyarakat.

Terlepas dari bidang-bidang lain, saya ingin menyoroti mengenai ironi pendidikan khususnya sekolah dasar. Pendidikan merupakan salah satu unsur utama yang menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa. Tujuan pendidikan sejatinya membebaskan manusia dari bentuk kebodohan dan kemiskinan menuju proses kemandirian. Bahkan, tujuan mulia dan pentingnya pendidikan di Indonesia khususnya sakawayana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, negara mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pendidikan yang adil dan berkualitas yang menyeluruh tanpa membedakan agama, golongan, dan status sosial yang pada akhirnya akan membentuk manusia Indonesia yang berkarakter serta bermoral baik. Namun, realita yang ada pada saat ini di desa sakawayana, pendidikan berkualitas menjadi salah satu hal yang sulit ditemukan. Masalah tentang pendidikan merupakan masalah serius yang seharusnya segera diatasi, karena ketidakpedulian menyediakan pendidikan bermutu yang bisa diakses semua warga akan menurunkan mutu sumber daya manusia. Padahal kualitas pendidikan seharusnya dinilai dari tingkat kecakapan, keseriusan, dan kecerdasan intelektual yang mereka punya bukan dari banyaknya seragam atau mahalnya peralatan yang mereka miliki.

Bergesernya paradigma tentang pendidikan di Indonesia menjadi hal yang memprihatinkan. Jika paradigma ini tidak dirubah menjadi lebih adil, maka wajah pendidikan di Indonesia akan semakin suram. Bayangkan, jika sebagian besar masyarakat sakawayana tidak dapat mengeyam pendidikan yang berkualitas sedangkan pemerintah setempat tidak mampu mengatasinya atau bahkan terlihat kurang peduli, lalu bagaimana negara ini akan maju dan bisa bersaing di era globalisasi.

Seharusnya ini menjadi cambuk untuk pemerintah setempat dan kita semua untuk serius menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu menjamin anak-anak bangsa bisa mengakses pendidikan, tentu pendidikan yang berkualitas. Disamping itu Masyarakat desa sakawayana harus diberi akses kemudahan, seperti jalan untuk pemasaran hasil pertanian, akses pedidikan, juga kesehatan. Dari hal diatas dapat dilihat bahwa sebetulnya sakawayana merupakan bagian yang penting bagi keberadaan bangsa indonesia. Penting karena sakawayana merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukan keragaman Indonesia.

Saya teringat kata Pram: Dalam sejarah modern kita selamanya angkatan muda menjadi motor perubahan ke arah yg lebih maju. Layaknya kalimat pram lah, teman-teman muda unpad berkontribusi melalui KKNM membongkar sentimen pendidikan yang rendah. Masyarakat bisa maju bila pendidikannya diperhatikan. Pemuda, dimanapun itu menjadi refleksi bahwa usia muda bukan identik dengan leha-leha atau asik dengan hura-hura. Majulah sakawayana ku, maju untuk mengolah potensi menjadi prestasi.